|
Era
Pelipatgandaan
BERSIAPLAH - RAIH DAN BERLIPATGANDALAH
( Warta Sepekan GBI Bethany, 14 November 1999
)
Sejak bulan September yang lalu, pada ulang tahun
Bethany Barat, Tuhan dengan jelas memberikan pewahyuan khusus untuk kata 'pelipatgandaan
atau multiplikasi'. Sejak saat ini semakin hari semakin banyak penyingkapan yang Tuhan
berikan kepada gereja kita mengenai arti pelipatgandaan.
Pelipatgandaan itu ternyata berkaitan erat dengan kata 'penuaian' yang Tuhan berikan pada
tahun yang lalu, dan yang kemudian kata 'kemuliaan Tuhan' yang memenuhi gereja-Nya, yang
juga dikaitkan dengan Zakharia 8, yang sudah kita kenal itu!
Apa dan bagaimana pelipatgandaan itu?
Arti pelipatgandaan adalah bertambah dengan berlipat. Artinya Tuhan akan memberikan
gereja-Nya paling tidak dua kali lipat dari apa yang sekarang sudah diberikan. Bisa tiga,
lima, bahkan seribu kali! Kalau memang sudah masuk dalam visi Tuhan, begitu membaca atau
mendengar kalimat-kalimat ini, roh kita seharusnya sudah melonjak dengan sukacita.
Benarkah?!
Ini berita luar biasa dan pewahyuan yang luar biasa, yang harus kita tangkap dengan roh,
dan siap bertindak. Kalau tidak, pasti ketinggalan. Kita harus bertindak dengan cepat.
Secepat gerakan dan manuver yang Tuhan lakukan, secepat itulah kita harus menangkap dan
bertindak.
Sudah siapkah kita untuk melakukan ini?
Sudah siapkah kita meraih dan menangkap visi Tuhan ini?
Pada waktu itu, dua ribu tahun yang lalu, saat Mesias yang mereka tungu-tunggu benar-benar
muncul di depan mata, bangsa Yahudi tidak siap. Mereka tidak siap karena disibukkan oleh
perkara-perkara legalitas dan teologis. Mereka disibukkan dengan kriteria-kriteria Taurat
mereka yang ditafsirkan menurut pemikiran ('logismos') sendiri. Dan terlewatlah! Karena
disibukkan oleh perkara-perkara
manusia, Sang Mesias itu dibiarkan lewat, bahkan dibunuhnya. Akibatnya mereka harus
menanti sekian ribu tahun lagi, atau tidak sama sekali.
Akankah kita lewatkan juga kesempatan yang sekarang Tuhan sudah nyatakan kepada kita untuk
memasuki era pelipatgandaan?
Akankah kita lewatkankah era ini sehingga kemuliaan Tuhan gagal untuk bisa dilihat oleh
seluruh dunia melalui gereja-Nya?
Dijauhkanlah kiranya hal itu terjadi di gereja akhir jaman ini. Apa yang harus kita
ketahui agar kita bisa meraih dan menangkap serta melipatganda?
Injil-Injil Matius 14:13-21, Markus 6:30-44, Lukas 9:10-17 dan Yohanes 6:1-13 dicatat
persitiwa pelipatgandaan dari lima potong roti dan dua ekor ikan. Melalui kisah inilah
kita akan mencoba melihat apa yang seharusnya kita persiapkan dan lakukan untuk
berlipatganda.
Kisah itu diawali dengan bagaimana Yesus ingin mengajak para murid-Nya untuk mengasingkan
diri ke tempat sunyi setelah mendengar kematian Yohanes Pembaptis yang dipenggal kepalanya
oleh penguasa saat itu, Herodes.
Tetapi orang banyak yang mengetahui hal itu, mereka berjalan memintas dan menemui Yesus.
Melihat kerumunan orang ini tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan.
Ada dua hal yang bisa kita pelajari dari awal kisah ini: Sesungguhnya, secara manusia,
Yesus dan para murid-Nya 'berhak' untuk menyendiri dan 'berkabung' akan kematian Yohanes
Pembaptis. Tetapi mereka tidak diberi kesempatan.
Seberapa banyak dari kita, sebagai hamba-hamba Tuhan (jemaat Tuhan itu adalah hamba Tuhan
juga), yang kurang tepat dalam memberikan skala prioritas dalam kehidupan dan pelayanan.
Banyak di antara kita yang dikejar dan mengejar hal-hal yang mendesak ('urgent') tetapi
melepaskan atau menyingkirkan sementara hal-hal yang seharusnya kita lakukan
('prioritas'). Dengan berbagai alasan yang cukup kuat, dan tidak bisa ditolak, kita
mencoba untuk menghindar dari apa yang seharusnya kita lakukan. Secara manusia kita bisa
melakukan hal ini, tetapi roh kita, hati nurani kita,
sebenarnya mengetahui apa yang seharusnya kita prioritaskan. Kalau kita tetap tidak mau
mendengar apa yang roh katakan, kita akan terlewatkan!
Inilah yang pertama-tama harus kita sadari kalau tidak ingin terlewatkan dalam memasuki
era pelipatgandaan ini.
Yang kedua, Yesus saat itu tergerak hati-Nya oleh belas kasihan. Belas kasihan yang memang
dari Bapa sendiri, sebab Yesus mengatakan Anak tidak bisa melakukan apa-apa kalau bukan
Bapa yang mengerjakannya.
Belas kasihan Bapa ini belas kasihan Ilahi, bukan jiwani, yang berdasarkan atas pikiran,
emosi dan kehendak.
Untuk bisa mengenal belas kasihan Bapa kita harus sudah mengenal Bapa secara pribadi.
Untuk bisa mengenal Bapa kita harus berani berkata seperti Musa, 'Tunjukkanlah
jalan-jalan-Mu, supaya aku bisa mengenal-Mu.' Dan kalau jalan-jalan Tuhan sudah
ditunjukkan, kita harus taat untuk melakukannya. Inilah cara untuk mengenal Tuhan.
Multiplikasi (pelipatgandaan) yang Yesus demonstrasikan di kisah itu didasari oleh belas
kasihan Ilahi, bukan jiwani. Tanpa ada belas kasihan ini tidak akan pernah terjadi
multiplikasi! Oleh karena itu, sebelum melipatganda, minta kepada Bapa hati yang
berbelas-kasihan dari Dia sendiri.
Sewaktu hari sudah malam, sewaktu para murid-Nya minta Yesus menyuruh orang-orang itu
pergi, Yesus berkata kepada para murid-Nya, 'Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi
mereka makan!'
Perintah Yesus saat itu cukup tegas dan jelas.
Perintah ini pula yang akan Tuhan Yesus tujukan kepada kita kalau kita ingin melipatganda!
'Kamu harus memberi mereka makan!'
Kalau Yesus memberi perintah ini kepada kita, apakah kita masih berani berdalih seperti
para murid pada saat itu?!
Kalau Tuhan Yesus memberi perintah kepada kita, Dia tidak perlu tahu seberapa banyak atau
sedikit yang kita miliki. Dia tidak membutuhkan itu! Yang Dia butuhkan hanya ketaatan
saja. Taat!
Kalau Yesus memerintahkan kita untuk menopangkan tangan kepada orang sakit kanker, lakukan
saja! Untuk ini Yesus tidak membutuhkan orang yang sudah punya pengalaman menyembuhkan.
Tidak. Yang Dia butuhkan hanya, 'Lakukan saja!'
Enak bukan, punya Tuhan Yesus?!
Kalau kita mau melipatganda dalam segala perkara, dalam persembahan, dalam doa, dalam
hikmat, dalam karunia-karunia Roh, dalam otoritas dan kuasa, dalam damai sejahtera, dalam
kemakmuran dan lain-lain, kalau Yesus memerintahkan, lakukan saja!
Tetapi ingat, berikan apa yang sudah kalian miliki terlebih dahulu.
Pada saat itu ada hanya lima potong roti dan dua ekor ikan. Semua itu diserahkan kepada
Yesus untuk dilipatgandakan.
Demikian juga kita, apa yang kita miliki, seluruhnya, tuntas, serahkan kepada Tuhan Yesus
untuk dilipatgandakan.
Tugas kita hanya menyerahkan, Yesus yang melipatgandakan!
Mana yang lebih sulit, menyerahkan apa yang sudah kita miliki atau melipatgandakan?!
Kita ambil yang mudah saja, yang sulit-sulit dan tidak mungkin kita serahkan saja kepada
Tuhan. Atau, kita mau yang sebaliknya?!
Kalau tidak ada yang diserahkan, tidak ada bahan, tidak mungkin terjadi pelipatgandaan!
Enak bukan?!
Kalau kita ingin agar jemaat kita berlipatganda, serahkan saja jemaat yang sekarang sedang
kita perebutkan dengan gereja atau cabang lain.
Kalau FA kita ingin berlipatganda, serahkan saja FA-FA yang saat ini sedang diperebutkan.
Kalau kita ingin melipatganda dalam karunia-karunia Roh, serahkan saja karunia Roh yang
sekarang kepada Yesus: artinya, jangan melihat pengalaman kita tetapi taat saja kepada Dia
untuk mengalirkan karunia Roh yang sudah Dia berikan kepada kita. Dan apa yang sudah
diberikan kepada kita dengan
tanpa bayaran, jangan menjual. Jangan menjual pelayanan atau karunia Roh kita! Berikan itu
agar bisa melipatganda.
Jangan melayani karena imbalan berkat materi yang ada atau yang dijanjikan.
Tugas kita hanya menyerahkan.
Kita serahkan seluruh talenta kita, seluruh karunia kita, seluruh harta kita, seluruh
kekuatan kita, seluruh hati kita, maka Dia yang akan melipatgandakannya. Dan dunia akan
tahu sehingga memuliakan Dia.
Ada yang menarik yang Yesus lakukan setelah terjadi pelipatgandaan yang luar biasa ini.
Yesus memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya sedangkan Dia
sendiri naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri!
Ini merupakan contoh yang harus kita lakukan.
Setelah Tuhan melipatgandakan pelayanan kita dengan luar biasa, tanda heran mujizat, dan
yang lain-lain termanifestasi dengan dahsyat, kita tidak usah berlama-lama mengaguminya
dan membicarakan maupun menyaksikannya. Kita serahkan semuanya untuk kemuliaan Dia, sebab
semua itu adalah hak-Nya.
Mari, mulai hari ini, kita persiapkan diri untuk meraih dan melipatganda dalam segala
perkara. Bina hubungan yang makin hari makin lebih intim bersama Dia sehingga kirbat kita
tidak akan pecah dalam memanifestasikan kemuliaan-Nya. Kita persiapkan bejana-bejana
kosong kita agar bisa Tuhan pergunakan untuk kemuliaan-Nya.
Bersiaplah untuk Tuhan pakai mendemonstrasikan kuasan-Nya!
ke renungan yang lain |
|