|
Tahun
Pelipatgandaan - Tahun Mujizat - Tahun tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya
MULAILAH HIDUP DALAM KEINTIMAN DENGAN TUHAN
(1)
( Warta Sepekan GBI Bethany, 20 Februari 2000
)
Pernah ada kisah seorang wanita bangsawan dengan
saputangan sutera mahalnya yang telah ternoda dengan tetesan tinta hitam. Saputangan
ternoda itu ditunjukkan kepada seorang pelukis terkenal dengan mengatakan bahwa saputangan
itu sekarang tidak ada harganya lagi selain untuk dibuang. Si pelukis tanpa mengatakan
apa-apa meminta saputangan itu. Tidak lama kemudian wanita itu terkejut melihat lukisan
indah yang ada di saputangannya. Dia tidak percaya melalui noda hitam itu pelukis berhasil
membuat suatu lukisan yang sangat indah. Pelukis itu telah merubah sesuatu yang tidak
mempunyai nilai menjadi bernilai tak terhingga.
Demikian juga dengan Tuhan Yesus Kristus. Dia sanggup untuk merubah setiap noda yang ada
dalam kehidupan kita menjadi sesuatu yang unik dan pusat keindahan ciptaan. Dia sanggup
untuk merubah setiap kegagalan kita, setiap kekecewaan kita, setiap dosa kita, dan apapun,
yang sepertinya merupakan cacad-cacad atau penghalang-penghalang, dan akan diubah menjadi
sesuatu yang sangat indah . . . kalau kita mengijinkannya.
Kita bisa mengijinkan Tuhan Yesus 'melukiskan' karya-Nya dalam diri dan kehidupan kita
melalui hubungan intim kita. Melalui hubungan intim dalam penyembahan ini kita memberi
kesempatan kepada-Nya untuk memperhatikan dengan seksama dan hati-hati setiap noda-noda
yang ada dalam kehidupan kita dan membiarkan mulai menggoreskan karya-Nya dalam hati kita,
karya agung yang akan merubah kehidupan kita untuk selamanya. Ini terjadi hanya melalui
penyembahan yang benar, yaitu penyembahan yang keluar dari hati penyembah-penyembah benar,
yang menyembah dalam roh dan kebenaran.
Setiap kehidupan kita yang tidak berbuah perlu peremukan diri manusia luar kita, manusia
jiwani kita, sehingga manusia roh mampu intim dengan Roh Kristus yang ada dalam hati kita.
Peremukan dan keintiman ini terjadi melalui penyembahan. Begitu menyerahkan diri dalam
pelukan Tuhan, manusia luar kita akan rontok dengan sendirinya.
Kita harus tahu bagaimana proses yang dipakai Yesus untuk bekerja dalam kehidupan kita.
Jika tidak mengerti hal ini, perjalanan keintiman kita dengan Tuhan akan menjadi
perjalanan rohani yang menakutkan, yang bisa membuat kita menolak dan memberontak pada
saat tangan Yesus mulai membimbing untuk bisa masuk lebih dalam lagi untuk menuju ke pusat
keintiman bersama-Nya.
Melalui penyembahan sesungguhnya Yesus sedang memproses kita agar terbebas dari ikatan
jiwa. Setiap hari, melalui penyembahan, melalui keintiman ini, kita akan dilepaskan dari
kedagingan, dari kemauan sendiri, dan dari emosi-emosi duniawi, yang selama ini semuanya
telah memperbudak kita . Kalau kita menyadari bahwa sekarang ini sebenarnya kita masih
jauh dari keserupaan dengan Kristus, seharusnya roh kita berteriak histeris karena saat
kedatangan Kristus itu sudah sangat dekat! Ingat, Kristus itu datang untuk menjemput
mempelai-Nya, yang kudus, yang tidak bercacad dan bercela, mempelai yang serupa dan
segambar dengan Dia!
Kita bisa mengalami perubahan sempurna oleh Kristus kalau kita mau berserah kepada-Nya.
Sesungguhnya untuk berserah itu merupakan tindakan yang bertentangan dengan sifat alami
kita. Karena kebandelan dan mengasihi diri secara kedaginganlah maka Bapa perlu meremukkan
kita sehingga bisa menjadi roti yang terpecah dan anggur yang tercurah bagi kemuliaan-Nya.
Begitu sampai pada akhir perjalanan jiwani, kita baru mulai menyerah, untuk menerima
proses pendewasaan roh kita. Kita akan mengalami suatu kebebasan, kedamaian, dan kekuatan
yang tidak kita ketahui dan alami sebelumnya.
Tingkatan perjalanan rohani ini biasanya akan terjadi melalui melalui krisis-krisis
kehidupan. Memasuki keintiman itu seperti proses seorang wanita yang akan melahirkan. Pada
saat krisis alamiah semakin menekan ini pertanda bahwa janji-janji Tuhan akan segera
digenapi. Tuhan perlu menguatkan roh kita agar Dia bisa menyelesaikan karya-Nya.
Perlu diperhatikan bahwa dalam setiap tingkat pertumbuhan rohani itu ada kesempatan demi
kesempatan yang Tuhan berikan agar kita bisa melepaskan dominasi kejiwaan kita. Cara untuk
bisa berurusan dengan jiwa kita ialah dengan mengingkari atau menyangkali apa yang
ditawarkan. Kita sangkali setiap otoritas atau cengkeraman yang ada dalam kehidupan
kita.Jiwa akan berusaha untuk mencari-cari alasan, berdalih, mereka-reka dan menyimpulkan
apa yang sedang Tuhan kerjakan. Kehidupan kekristenan itu bukan kehidupan yang pintar
untuk mencari-cari alasan, tetapi merupakan kehidupan karena iman. Oleh karena itu tidak
mungkin kita bisa menggenapkan rencana dengan didasarkan oleh kemauan keras dan disiplin
diri kita. Kalau ini kita lakukan akan banyak mengalami frustrasi. Demikian juga dengan
cara minta pendapat orang lain seringkali akan menghambat bahkan membatalkan pekerjaan Roh
Kudus. Calon mempelai Kristus dalam masa pertunangannya harus mampu menghancurkan semua
kekasih-kekasihnya yang ada, dengan menjadikan Kristus sebagai pilihan satu-satu-Nya.
Rencana Allah akan mulai digenapi pada saat kita mau memilih untuk mati terhadap diri
sendiri. Dengan ini baru Tuhan bisa memberikan kebangkitan-Nya dalam kehidupan kita. Di
sini kita tidak lagi membicarakan tentang lahir baru, tetapi yang dimaksud ialah proses
perubahan bentuk, atau metamorfose, dalam kehidupan kita. Yaitu proses perubahan dimana
kehidupan Kristus bisa mengalir dengan bebasnya dalam kehidupan kita. Melalui proses ini
kita akan diubahkan menjadi seperti Kristus. Kalau kita sudah dibangkitkan, tidak akan ada
lagi sesuatupun yang bisa mengganggu atau menghambat perjalanan kehidupan rohani kita.
Perjalanan dalam kehidupan yang dibangkitkan inilah yang akan memberikan buah-buah
keintiman dan keintiman terdalam dengan Tuhan Yesus.
Kita perlu mengerti jalan Tuhan di atas kalau tidak kita akan mencoba berhubungan intim
dengan Tuhan menurut jalan kita sendiri, yang mana telah Tuhan peringatkan bahwa seperti
langit dan bumilah jalan-jalan-Nya dengan jalan-jalan kita.
Kalau kita tidak mengerti jalan Tuhan di atas maka kita akan bisa menempuh cara jiwani
untuk bisa intim dengan Tuhan. Ada tiga cara jiwani yang biasanya umat percaya lakukan.
Cara ini seperti mencoba memasuki hadirat-Nya dengan masih memakai pakaian kubur.
Kehidupan Kristus yang sudah dibangkitkan itu hanya bisa berhubungan dengan kehidupan yang
sudah dibangkitkan pula! Yesus sendiri di hari kebangkitannya telah meninggalkan baju
kubur-Nya, pembungkus mayat-Nya, di kuburan. Demikian juga pada saat Yesus membangkitkan
Lazarus dari kematian Dia memerintahkan untuk melepaskan ikatannya, melepaskan baju
kuburnya, sehingga dia bisa bebas.
Demikian juga dengan kita, perlu menanggalkan segala sesuatu yang lama yang selama ini
kita pakai, baru bisa memperoleh pengalaman untuk berhubungan intim yang sebenarnya.
Pada waktu mengetahui bahwa Lazarus sakit keras, walaupun Yesus mengasihinya, Dia tidak
tergesa-gesa pergi. Tugas-Nya memang untuk membangkitkan Lazarus, bukan untuk
menyembuhkan. Tuhan tidak berminat untuk berurusan dengan kejiwaan. Dia ingi kejiwaan dan
kedagingan kita 'mati'! Bahkan sertifikat kematian kitapun sudah diterbitkan dengan
meterai darah-Nya dua ribu tahun yang lalu! (Roma 6:6). Perhatikan apa yang diucapkan
Yesus dalam kisah Lazarus di atas, 'Karena itu Yesus berkata dengan terus terang.
'Lazarus sudah mati!'; tetapi syukurlah Aku tidak hadir ... Marilah kita pergi sekarang
kepadanya.'
(Yohanes 11:14-15). Yesus benar-benar tahu bahwa kematian itu harus mendahului
kebangkitan (Galatia 2:20).
Saat ini sebagian besar kita salah dalam mencoba mendekati Tuhan untuk mengenal-Nya.
Banyak dari kita yang mencoba mendekat bermodalkan penampilan lahiriah atau prestasi
pelayanan dengan anggapan bahwa apa yang telah dan sedang kita lakukan itu menunjukkan
besarnya kasih kita kepada Dia. Dengan membiarkan diri terperangkap dalam jebakan ini kita
akan melihat keberhasilan pelayanan itu merupakan tiket untuk bisa berhubungan dengan-Nya.
Sesungguhnya kita telah terjebak dalam legalitas agamawi. Ini akan mengakibatkan kita
memiliki sikap yang tidak sabar, suka mencela, bahkan mengutuk, mereka-mereka yang
menurutnya tidak atau kurang beroreintasikan pada keberhasilan atau pelayanan. Dengan
bersikap ini sesungguhnya kita bukan hanya menghakimi orang lain berdasarkan ukuran diri
sendiri tetapi juga menjadikan diri kita sering menderita karena tertuduh oleh rasa takut
dan tidak sejahtera. Dengan ini kita akan mencoba membuat rencana untuk Tuhan dan
terdorong untuk secepatnya menyelesaikan setiap rencana yang ada.
Walaupun sudah melakukan cara kejiwaan ini, tetap saja jiwa kita belum mau berhenti dan
akan terus memacu dan memeras tenaga dan pikiran dan emosi kita sampai habis! Apabila
kejiwaan ini yang mengontrol, kita akan menjadi orang yang suka menghakimi, frustrasi,
mudah dikalahkan dan pemarah. Dan mengakibatkan kehidupan rohani kita bersama Tuhan akan
terkungkung dan terbatasi. Untuk ini, Tuhan akan mengijinkan banyak kekecewaan untuk
menghadang. Emosi itu seringkali kaku, ngotot dan mengontrol, dan sedikit sekali kita bisa
memberikan perhatian tulus akan penderitaan orang lain. Kehidupan roh kita tidak bisa
mengalir keluar karena terbendung dalam hati. Bisa saja kita mencoba untuk menyatakan rasa
belas-kasihan, tetapi manusia luar begitu kuat mengontrol sehingga kita tidak mampu untuk
melakukannya.
Kalau kita mau berserah, Tuhan akan membuat krisis demi krisis dalam kehidupan kita. Tuhan
akan mulai memecahkan setiap dorongan kejiwaan dengan memperhadapkan langsung ke hal-hal
lahiriah kehidupan kita seperti kehilangan pekerjaan, sakit-penyakit, atau hal-hal lain
yang tidak bisa kita kontrol dengan kejiwaan kita.
Biarkanlah Tuhan bebas untuk menghancurkan setiap penghalang yang membendung aliran air
kehidupan dari dalam hati kita.
ke renungan yang lain |
|